Fiction Story : Roller Coaster ( Bab 6 : Roller Coaster )
Bab 6 :
Roller Coaster
Sudut
pandang : Mine
Aku tidak
memberitahukan Miki soal Nami yang mengetestku, tapi aku hanya memikirkan
kembali apa kata-kata Nami waktu itu, dan mengingat-ingat kembali tentang Miki
yang memberikan perhatian kepadaku. Sekarang aku sadar kalau itu bentuk
sayangnya kepadaku. Dan, aku juga sadar kalau aku sudah terjebak dalam palungan
cinta dalam beberapa waktu lama ini.
“Palung loh
bukan lubuk ya! Dalem ya cinta nya” kata Nami
Aku
membalasnya dengan ketawa.
Ya, aku
mulai cerita tentang perasaanku kepada Nami. Nami memberikan wajah puas, karena
aku mulai terbuka, dan misi nya sebentar lagi selesai.
“Sekarang lu
tau menurut lu cinta itu apa?” tanyanya.
“Hmm,
mungkin kayak roller coaster, adem banyak angin, memacu adrenalin, bikin
jantung tuh berdetak kenceng gitu, tapi ada sesi tenangnya” balasku.
“Hahaha,
boleh lah boleh, tapi emang lu udah pernah naik roller coaster ? kayaknya lu
pernah bilang belom pernah deh ya ?” tanyanya heran.
Aku langsung
menjawab“Iya belom pernah, Mi ! hahaha. Tapi kan bisa dibayangin”
“Oh ya, satu
lagi kalau lu jatuh cinta, lu bakal jadi agak lebai, Ne, kayak tadi lu jelasin
soal cinta, lebai hahaha” ledeknya. Aku dan Nami tertawa.
Ya seperti
roller coaster.
-------------
Suatu hari,
Nami mengajakku ke taman bermain, iya benar, ada roller coaster nya.
Entah kenapa
aku mengiyakan ajakkannya itu, padahal aku tidak tau siapa saja yang akan
datang. Mungkin, karena aku ingin bersenang-senang dan melepas semua beban
kampus ku. Atau aku ingin merasakan roller coaster sebenarnya, agar aku bisa
memastikan rasa cinta yang seperti roller coaster itu.
Pada hari
dimana dijanjikan oleh Nami, Jumat jam 9.30 tepat sekali Nami mengirim pesan
untukku
Mine!
Sorry ya gue sama Daniel telat
Tunggu
aja di gerbang oke ?
See
you
“Lah sendirian deh” pikirku
“Gak sendiri
kok !” suara Miki!
Kenapa dia
bisa tau pikiranku.
Dia datang
dan memberikan jus jeruk berkemasan kotak yang masih dingin.
Aku
mengambilnya “Loh ada lu juga ya, makasih ya minumannya, tau aja haus”
“Eh, masuk
duluan aja yuk, kalau gak nanti ramai
bikin males” katanya sambil meraih dan menggengam tanganku, menarikku masuk ke
taman.
Aku yang
sedang menikmati jus jeruk itu kaget.
Miki
membawaku langsung ke tempat bermain roller coaster. Aku berpikir kembali,
pasti ini rencana Nami !
Aku hanya
diam dan mengikutinya saja.
Genggamannya
tidak pernah terlepas bahkan selalu erat.
Kami
menyelesaikan dan menikmati permainan itu, roller coaster.
Iya benar,
rasanya seperti aku mendeskripsikannya ke Nami soal cinta.
Kami duduk
di sebuah bangku yang teduh karena ada pohon yang besar.
“Ini pertama
kali nya, gue naik roller coaster, seru juga” kataku “dan pertama kalinya merasakan cinta” pikirku
“Terus,
pertama kalinya juga ngalamin dan rasain cinta? Seru juga ga?” tanya nya tepat
sekali dengan pikiranku.
Aku kaget
lagi. Melihat ekspresi wajahku, Miki ketawa.
“Boleh jujur
ga ?” tanya nya lagi
“Masa ga
boleh, ada - ada aja lu hahaha” balasku penasaran.
“Feeling gue
kuat, dan apa yang orang-orang pikirin gue kira-kira bisa tau” jelasnya yang
diakhiri oleh senyuman.
Senyuman
yang hangat.
“Oh ya, satu
lagi, kita itu dulu satu SMA. Lu mungkin gatau gue siapa, karena kita beda
kelas, lu tau sendiri satu kelas dibaginya ampe J kan ? tapi gue suka liatin lu
haha, jadi tertariknya uda dari SMA deh” dia tersenyum lagi, senyuman
mematikan.
“Sebenernya
gue pernah liat lu beberapa kali, pas di kampus ini juga gue kaget tapi ga yakin
kalau lu itu murid yang satu SMA sama gue dulu” balasku.
“Agak kaget,
apalagi pas lu tau tentang apa yang gue pikirin” sambungku.
“Eh!!!
Berarti lu bisa tau perasaan gue juga ?” kataku kaget.
Dia tertawa
dan menjawab “Bisa jadi”
Dia
melihatku dengan penuh arti, bahkan lebih berarti dari pada hari dimana dia
membersihkan tanganku dan menatapku secara tiba-tiba.
Dia juga
memegang tanganku erat.
“Ok” dia
menarik nafas nya dalam, dan menghembuskannya pelan.
“Gue sayang
sama lu, gue juga cinta sama lu, gue tau ini ga sweet sama sekali, tapi
sekarang gue udah mengutarakan perasaan gue, dan mulai sekarang, gue mau jadi
pacar lu, bahkan jadi teman hidup lu, lu yang menggambar hari lu, gue yang
mewarnai hari lu. Gimana? Lu setuju? Lu mau jadi pacar gue? Lu mau mewarnai
hari gue digambar hari-hari gue ?”
Aku
mendengarnya kaget “sekarang?”
pikirku.
“Mik, gue
boleh jujur ga ?”
Wajah Miki
mulai sedikit panik, dia hanya menganggukan kepalanya pelan.
“Muka lu
lucu deh, panik gitu”
Miki
menghela nafas nya.
“Hahaha,
bukan itu, Mik. Gue mau jujur soal perasaan gue” jawabku yang berusaha
menenangkan Miki.
“Iya, gue
juga punya perasaan yang sama ke lu, dan gue... juga mau kok mewarnai hari-hari
lu dan bersedia kalau hari-hari gue di warnain” jawabku sambil menatapnya dalam
dan senyuman yang penuh arti kalau aku benar-benar siap untuk mewarnai harinya.
“Mine, gue
boleh peluk lu ga ?” tanya nya.
Aku langsung
memeluknya.
Dia
membalasnya.
Pelukannya
hangat.
“Mik, Ne,
gue boleh jujur ga ? gue laper nih !” teriak Nami dari kejauhan bersama Daniel
sambil menghampiri kita berdua.
Aku
menghampiri Nami, aku memeluknya erat.
Comments
Post a Comment